BAB
II
PEMBAHASAN
RELASI
KERAJAAN MALAKA
DALAM
MENGIMPLEMENTASIKAN SISTEM PERDAGANGANNYA
A. Berdirinya
Kerajaan Malaka
Proses berdirinya kerajaan
Malaka tidak dapat diketahui secara pasti, karena banyak pendapat yang
memberitakan secara tidak jelas dan selalu bertentangan. Namun yang dapat
dikemukakan bahwa kota
Malaka didirikan oleh seorang raja dari Singapura, yang terpaksa menyingkir
dari pertikaian di majapahit. Salah satu pangeran tersebut bernama Parameswara.
Belum lama setelah ia merebut singgasana, Parameswara terpaksa harus menyingkir
ke Muar karena mendapat serangan dari Siam .
Menurut berita lain
Parameswara berasal dari Palembang
yang kemudian menyingkir karena serangan dari Tumapel. Setelah lima tahun berlalu ia harus pindah ke Muar
sebab dikalahkan oleh raja Patani. Sejarah melayu mengatakan bahwa sang purba
yang berasal keturunan Iskandar Zulkarnaen, turun di bukit Siguntang dan
menjadi raja di Palembang .
Sedangkan anaknya sang Nila Utama menjadi seorang raja di Bintan. Istana
tersebut dipindahkan ke sebuah pulau yang bernama Singapura. Nama Singapura ada
karena beberapa orang melihat Singa di pulau itu.
Raja pertama Malaka bernama
Sultan Iskandar Syah yang memerintah ± 1396 – 1414. Penentuan raja Malaka ini
ditentukan oleh seorang Parameswara. Tarich Tiongkok menyebut nama Pai – li –
su – ra sebagai raja Malaka. Raja Malaka yang pertama ini merupakan keturunan
dari sang Nila Utama. Ia diserang oleh Majapahit dan melarikan diri ke Muar
kemudian pindah ke daerah sungai Bertam lalu sungai Malaka dan mendirikan kota yang dinamai Malaka.
Nama kota
Malaka berasal dari sebuah pohon yang disebut Malaka. Setelah beberapa lama
memerintah raja Iskandar Syah digantikan oleh anaknya yaitu raja ahmad (± 1414
– 1424). Raja pertama dan kedua belum masuk Islam, walaupun mereka memakai nama
arab – Persia .
Setelah itu Muhammad Syah naik tahta (± 1424 – 1445). Muhammad Syah ini menikah
dengan seorang putri dari kerajaan Pasai dam masuk Islam. Namun dalam
pemerintahnya raja Muhammad Syah diserang oleh kerajaan Siam dan
meminta bantuan kepada orang Tiongkok. Kemudian tahta berpindah lagi pada
anaknya yaitu raja Ibrahim hanya menurut kata-kata raja Rokan sehingga menjadi
iri hati bagi raja Kasim. Sedangkan raja Rokan dan raja Ibrahim dibunuh.
Raja kasim didalam memerintah
mempunyai gelar Mudhafar Syah (± 1450 – 1458). Pada masa hegemoninya Malaka
diserang oleh Siam
dari darat dan laut, akan tetapi serangan itu dapat ia kalahkan. Mudhafar Syah
merupakan raja pertama yang pertama menggunakan gelar Sultan. Ia meluaskan
kuasa Malaka dengan pesat. Sultan Mansyur Syah merupakan raja yang ke-enam
setelah raja kasim. Ia memerintah antara tahun (1458 – 1477). Ia mengembangkan
kekuasaannya di Semenanjung & Andalas Tengah. Daerah Kampar ditaklukkan dan
dibuatnya menjadi jajahan. Sedangkan raja Siak dan Parameswara wafat didalam
pertempuran. Putra mahkota ditawan & dibawa ke Malaka kemudian dikawinkan
dengan putri sultan sendiri. Anak dari raja Siak masuk Islam dan diangkat
menjadi raja Siak dengan gelar sultan Ibrahim. Raja Indragiri sangat mengakui
kekuasaan Malaka, namun ia tidak masuk Islam. Raja Rokan pun tunduk atas Malaka.
Perdagangan Malaka menjadi naik
ke puncaknya di bawah sultan Alau’ddin Syah (1477 – 1488). Ia dapat mengelakkan
serangan dari kerajaan Batak Aru (Haru). Akan tetapi, ketika ia mau berangkat
ke Mekkah , Ia diracuni oleh raja Kampar dan Indragiri,
dan ditawan ke Malaka. Kemudian tahta kerajaan digantikan oleh Sultan Mahmud
Syah. Pada masa kerajaan Sultan Mahmud, Malaka berada di bawah kekuasaan
Portugis.
B. Usaha
Malaka Dalam Menjalankan Hubungan Dagang
Sebagai daerah penghasil, Malaka
sebenarnya tidak begitu berarti, namun karena letak geografisnya sangat
menguntungkan, maka Malaka menjadi pusat perdagangan pada masa itu. Pada awal
abad XVI hubungan antara Malaka dan Cirebon
terjalin dengan erat. Ini terbukti dengan adanya Syahbandar dan koloni Cirebon
di Upih Malaka, ialah Pate Kadir. Dia sangat terkemuka dan mempunyai hubungan
baik dengan Raja.
Malaka yang merupakan pusat entripot, ingin menjalin hubungan
dagang yang baik dengan pelabuhan-pelabuhan di Jawa seperti di Demak, Jepara
dan Tuban. Bertambahnya jumlah penduduk Malaka sangat tergantung dengan Jawa
untuk mendapatkan beras. Selain Jawa, Malaka juga harus mendapatkan beras dan
lada dari Pasai. Hubungan Malaka dan Cina berupa hubungan diplomatik. Malaka
mengirim utusan pada tahun 1405 – 1407 dan raja-raja itu sendiri pergi
menghadap Maharaja Ming beberapa kali antara tahun 1411 dan 1433.
Kemajuan yang begitu cepat di Malaka, tidak dapat dicapai tanpa adanya
peraturan yang berlaku. Maka dari itu, diterapkanlah peraturan yang berlaku antara
lain: aturan bea cukai, aturan tentang kesatuan ukuran, sistem pemakaian uang
logam, dan sebagainya. Disamping aturan-aturan tersebut juga
terselenggarakannya sistem pemerintahan yang sangat baik dan teratur.
Bahan rempah-rempah juga terkumpul
di Malaka seperti buah Pala yang kebanyakan datang dari Banda dan Bunga Cengkeh
datang dari pulau-pulau di Maluku. Sedangkan dari Cina barang berupa tanah liat
mutiara, perak, sutera, kain satin, damask, dan beroked. Sebagai tukarannya,
kapal-kapal Cina mengambil banyak kapur baruss, sebagai obat yang didatangkan
dari Borneo . Dari Kambay telang didatangkan
kain Kambang yang sangat terkenal di Asia .
Kambay merupakan pelabuhan yang menghubungkan Malaka dengan Timur tengah dan
Eropa. Kambay dan Malaka adalah pelabuhan yang saling bergantungan. “Malaka
tidak dapat hidup tanpa Kambay, juga Kambay tanpa Malaka”.
Sebagian dari orang-orang Gujarat
dan Saudagar telah mendiami wilayah Malaka. Dari India telah diekspor kain,
juga dari pantai Koromandel dan Bengal, dimana perusahaan tenun telah teratur
dan berjalan dengan baik serta pengeluarannya telah dikirim untuk keperluan Asia
Tenggara. Kapas-kapas Bengal sangat diminati oleh para saudagar. Malaka sendiri
untuk memeberi pertukaran jenis kain di India, telah mengimport lada dari
Sumatera Dan Jawa Barat, bunga cengkeh dan buah pala dari Maluku dan Banda,
emas dari Sumatera, kapur barus dari Sumatera dan Borneo, Kayu Gaharu dari
pulau Timor. Untuk keperluan bahan makanan, Malaka telah mensuplai beras,
daging, ikan dan sayuran dari pelabuhan Jawa Utara, Sumatera , Siam
dan Pegu (Burma Utara). Semua jenis buah-buahan di datangkan dari Jawa dan
Sumatera, termasuk durian yang menjadi makanan yang sangat lezat. Malaka juga
mendapatkan bijih dari kawasan tambang di Semenanjung Tanah Melayu arah ke
utara di Kedah, dan emas dari Pahang.
Jadi tidak mengherankan jika Malaka
dikatakan sebagai ibu pejabat perdagangan di Asia Tenggara. Seperti yang
ditulis oleh Tome Pires: “ Ia adalah sebuah bandar yang telah dibina untuk
barang dagangan, lebih baik dari sekarang bandar di dunia”. Ia adalah pelabuhan
laut yang paling kaya, dengan angka saudagar pemborong yang paling besar dan
perkapalan serta perdagangan yang melimpah-limpah yang tidak dapat dilihat di
seluruh dunia (ditulis oleh Borbosa). Sedang Varthema: saya percaya bahwa
kapal-kapal yang sampai adalah lebih banyak diseberang tempat di dunia. Namun
hanya Pires yang menunjukkan arti lebih luas dari semua itu: “ Siapa yang
menjadi tuan di Malaka tangannya adalah terletak di leher Venice ”.
C. Sistem
Politik, Agama, Ekonomi
1. Sistem politik
Daerah yang ada di bawah
kekuasaannya antara lain terletak di Sumatera yaitu daerah Kampar. Dari situlah
Malaka menjalankan pengawasannya sampai ke Minangkabau. Kemungkinan-kemungkinan
tersebut mengisyaratkan Malaka untuk mengadakan ekspansinya ke Utara dan ke
Selatan Sumatera. Hubungan Malaka dan Pasai tidak terganggu meskipun Malaka
berhasil menarik orang-orang Jawa datang ke Malaka tanpa merusak jalinan
pedagang Pasai dan Jawa. Hubungan Pasai dan Malaka diikat oleh beras dan lada. Politik
Cina mengirimkan bantuan armada siap tempur yang dipimpin oleh Cheng Ho pada
tahun 1405 dan utusan yang dikirim oleh Kaisar Ming ke-III, yaitu Chengtsu
(Yung-Lo). Kekuatan politik Malaka sangat kuat sehingga mampu menandingi Siam .
2. Sistem Agama
Berkembangnya Malaka, banyak alim
ulama yang datang dan menyebarkan agama Islam di kota ini. Meskipun penguasa
belum memeluk agama Islam, namun pada ke-15 mereka telah mengizinkan agama
Islam berkembang di Malaka. Bahkan penganut-penganut Islam diberi hak istimewa
serta dibangun sebuah Mesjid. Pedagang yang singgah di Malaka yang berasal dari
Jawa dan pulau-pulau lain di Indonesia, banyak menjadi penyebar agama baru.
3. Sistem Ekonomi
Sistem upeti yang dibayar oleh Siak
ke Malaka berupa emas. Selain perluasan kekuasaan ke daerah di Sumatera, Malaka
dapat menaklukan kepulauan Riau-Lingga. Sebagai upeti diberikan daerah adalah
bahan untuk di ekspor. Tenaga kerja pun diambil dari sini. Penduduk daerah ini
terkenal sebagai orang-orang yang suka berperang. Di samping itu, Malaka juga
tergantung dengan Siam
dalam persediaan beras.
D.
Perlawanan rakyat Malaka terhadap Portugis
Pada tahun 1511 Malaka berada di
bawah kekuasaan Portugis, maka derah-daerah seperti Sumatera mulai melepaskan
diri dari Malaka. Sejak tahun 1511 banyak hasil perdagangan yang sedianya
menuju Malaka pergi ke pantai barat. Hubungan perdagangan antara Demak dan
Malaka juga mulai terganggu akibat kedaangan orang Portugis. Kedatangan orang
Portugis pada abad ke-16 dipimpin oleh Alburquerque. Ketika Sultan Mahmud kalah
dalam perang untuk Malaka, ia kemudian mengungsi ke Pahang untuk kemudian
tinggal di Muan dan di pulau Bintang. Meskipun telah mengungsi ia tetap
melakukan serangan pada portugis. Untuk menghadapi Sultan Mahmud, maka
Alburquerque berusaha membuat persahabatan dengan raja Kampar dan Pasai.
Pada akhir tahun 1512 seorang
pemuka yaitu Pate Kadir, bersekongkol dengan laksmana Sultan Mahmud, Hang
Nadin, untuk menyerang Malaka yang berada di kekuasaan Portugis. Usaha itu
dapat ditahan, akan tetapi serangan yang lebih hebat dari Pate Unus, penguasa
Jepara. Yang datang dengan balatentara sebesar sepuluh sampai duabelas ribu
orang. Pada tahun 1512/1513 serangan dilakukan namun gagal. Pada bulan Oktober
1512, Alburquerque melakukan serangan terhadap Bintang namun banyak berjatuhan
korban. Sedangkan Laksmana Sultan Mahmud, berhasil merebut satu kapal Portugis.
Serangan Portugis dilakuakn lagi
pada tahun 1523 di bawah Henriquez, dan pada tahun 1524 dipimpin oleh De Souza,
keduanya gagal. Akan tetapi, adanya persekutuan antara Lingga dan Portugis,
Bintang berhasil direbut kembali pada tahun 1525 Sultan Mahmud mengungsi ke
Johor. Aceh juga telah banyak melakukan penyerangan terhadap Malaka namun gagal
tetapi bersedia berdamai dengan Potrugis. Pada tahun 1587 Portugis mendekati
Aceh untuk bersekutu dan bersama menghancurkan Johor.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah membahas makalah yang berjudul Relasi Kerajaan Malaka dalam Mengimplementasikan
Sistem Perdagangannya dapat disimpulkan bahwa Malaka merupakan salah
satu pusat perdagangan yang terkenal pada abad ke-15. Posisinya yang strategis
membuat para pedagang dari berbagai daerah maupun negara datang menghampiri
pelabuhan tersebut. Oleh sebab itulah maka Malaka menjadi pusat pelabuhan yang
ramai dan sangat mudah mendapat pengaruh dari pihak luar terutama para pedagang
asing.
Selain itu, sistem arah mata
angin yang yang berlaku memungkinkan para pedagang untuk bertemu di Malaka. Banyaknya
para pedagang yang berkunjung ke Malaka menyebabkan daerah ini menjadi salah
satu pusat penyebaran agama Islam pada abad ke-16. Daerah yang ada di bawah
kekuasaannya antara lain terletak di Sumatera yaitu daerah Kampar. Dari situlah
Malaka menjalankan pengawasannya sampai ke Minangkabau. Kemungkinan-kemungkinan
tersebut mengisyaratkan Malaka untuk mengadakan ekspansinya ke Utara dan ke
Selatan Sumatera.
Politik Cina mengirimkan bantuan
armada siap tempur yang dipimpin oleh Cheng Ho pada tahun 1405 dan utusan yang
dikirim oleh Kaisar Ming ke-III, yaitu Chengtsu (Yung-Lo). Kekuatan politik
Malaka sangat kuat sehingga mampu menandingi Siam . Berkembangnya Malaka, banyak
alim ulama yang datang dan menyebarkan agama Islam di kota ini. Meskipun penguasa belum memeluk
agama Islam, namun pada ke-15 mereka telah mengizinkan agama Islam berkembang
di Malaka. Sistem upeti yang dibayar oleh Siak ke Malaka berupa emas. Selain
perluasan kekuasaan ke daerah di Sumatera, Malaka dapat menaklukan kepulauan
Riau-Lingga. Sebagai upeti diberikan daerah adalah bahan untuk di ekspor.
Tenaga kerja pun diambil dari sini. Penduduk daerah ini terkenal sebagai
orang-orang yang suka berperang. Di samping itu, Malaka juga tergantung dengan Siam dalam
persediaan beras.
B.
Saran
Setelah memahami isi makalah ini maka penulis berharap semoga pembaca
bisa mengetahui bagaimana hubungan dagang Malaka dengan beberapa daerah
seperti Jawa, Aceh, Pasai, mengetahui situasi politik, ekonomi, sosial dan
agama pada masa itu serta seberapa jauh pengaruhnya terhadap kerajaan Malaka,
dan yang terakhir penulis berharap pemaca bisa menjelaskan cara-cara rakyat
Malaka menghadapi tindakan yang dilakukan Portugis.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Yustiana Kameng, S.Pd selaku dosen mata
kuliah Sejarah Asia Tenggara Kuno, karena berkat beliaulah sehingga makalah ini
bisa selesai. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Brian Harrison, 1966, Asia
Tenggara. Kuala Lumpur :
Dewan Bahasa dan Pustaka.
Hall, D.G.E., 1988, Sejarah Asia Tenggara. Surabaya : Usaha
Nasional.
Brian Harrison, 1966, Asia
Tenggara. Kuala Lumpur :
Dewan Bahasa dan Pustaka.
Hall, D.G.E., 1988, Sejarah Asia Tenggara. Surabaya : Usaha
Nasional.
Marwati Djoenoed Poesponegoro, Nugroho Notosusanto,
1981/1982, Sejarah Nasional Indonesia
III. Jakarta
: Departemen Pendidikan & Kebudayaan.
Sanusi Pane,
1955, Sejarah
Indonesia I.
Jakarta :
Perpustakaan Perguruan Kem. P.P. dan K.
Sartono
Kartodirdjo, 199, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari
Emporium Sampai Imperium Jilid I. Jakarta
: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Di unduh tanggal 23 April 2010